Page 12 - FIX - BUKU PENGUSAHA Bp. Ridwan Hisjam (1)
P. 12
Pengusaha Pejuang, Pejuang Pengusaha
Sebagai orang yang mulai berbisnis di bidang properti Ridwan harusnya senang
ada Perda seperti itu. Ia bisa membangun ruko. Laris. Tapi hatinya sebagai aktivis
tidak bisa menerima kebijakan seperti itu.
Maka ia masuk politik. Kebijakan seperti itu hanya bisa dicegah lewat politik.
Maka motif Ridwan masuk politik adalah sebagai wahana perjuangan.
Sedang saya masuk politik karena ada ancaman nyata pada kelangsungan hidup
Jawa Pos. Saya pernah dipanggil Ketua Golkar Jatim, Kol TNI M. Said. Saya
dimarahi habis. Ditekan. Diancam. Jawa Pos akan dibreidel. Ditutup.
Setelah itu saya rajin ke Pak Said. Lantas dijadikan pengurus. Bahkan, seperti
juga Ridwan, diangkat menjadi anggota MPR: sebagai Utusan Golongan.
Ketika terjadi reformasi saya tidak perlu lagi backing politik. Pers bebas. Terlalu
bebas. Saya tidak lagi aktif di Golkar. Rasanya saya tidak pernah keluar dari
Golkar. Juga tidak pernah dipecat oleh Golkar. Tapi saya tidak tahu lagi apakah
saya masih diakui di Golkar.
Ridwan, setelah reformasi pun masih terus di Golkar. Banyak aktivis lain yang
loncat pagar. Ridwan tidak. Bahkan setelah reformasi itu Ridwan mendapat
kepercayaan lebih besar: menjadi Ketua DPD Golkar Jatim.
Sungguh tidak mudah menjadi ketua Golkar di zaman itu. Sentimen negatip pada
Orde Baru sama dengan sentimen pada Golkar. Orde Baru adalah Golkar. Golkar
adalah Orde Baru.
Apalagi di Jatim. Dua kekuatan politik besar anti Orde Baru ada di Jatim: NU
dengan PKB-nya dan PDI-Perjuangannya. Bahkan kantor Golkar Jatim sempat
dibakar!
Alangkah beratnya tanggungjawab Ridwan Hisjam di masa seperti itu. Tapi
Ridwan dengan kekuatan kepribadiannya berhasil melewati semua tantangan
itu. Justru suara Golkar naik tajam setelah turun di Pemilu sebelumnya.
Ridwan punya kekuatan pribadi yang jarang dimiliki aktivis lain: kuat dalam
silaturahmi, tidak merasa lebih penting, dan sikapnya sangat fleksible.
Itu karena ia matang sebagai aktivis. Ia matang sebagai HMI. Sebagai KNPI,
sebagai HIPMI, sebagai REI, dan sebagai politisi.
ix